Singkat Cerita Kampus

Lelah sekali hari ini. Setelah libur panjang akhirnya sejak pagi bekerja dan menutup hari dengan menonton film, The Greatest Showman. Film yang menarik dan layak ditonton. Rasanya ingin langsung masuk selimut dan memejamkan mata namun sudah membuat perjanjian dengan diri sendiri untuk membuat tulisan setiap harinya hingga Selasa nanti.

Ok, baiklaaaaah.

Kali ini saya menggunakan smartphone karena tidak sanggup untuk mengetik di laptop dan ingin mencoba "sesuatu yang baru". Yash, lebih banyak gangguan jika menggunakannya karena notifikasi sana-sini sulit untuk di cegah. Tak apa, saya pasti bisa.

Hmm.. Saya sengaja mencuci rambut malam ini agar bisa tetap terjaga dan berharap adanya ide-ide kecil dari dalam pikiran. Sepertinya saya akan membahas mengenai kehidupan saya di tempat yang baru.

Kampus.

Baru dua tahun saya disitu, semoga tidak lama-lama.

Memilih kampus tempat saya menimba ilmu bukan lah keputusan yang mudah, mungkin bagi kalian yang pernah membaca tulisan saya di blog terdahulu, tau, jika saya banyak plin-plan dalam menentukan kampus. Yap, tapi kampus ini (silahkan di klik) lah yang pada akhirnya saya pilih untuk memulai hidup baru.

Berkali-kali saya menekankan diri bahwa saya perlu keluar dari zona nyaman. Dan tentu saya berhasil, walau terlalu keluar sampai-sampai pindah zona. Hahaha. Disana saya benar-benar sendiri, tidak ada teman, tidak ada kenalan, tidak ada yang bisa dijadikan sayap pelindung. Saya memulai dari nol, seperti kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong. Jika mengingat kembali, ternyata saya cukup tangguh dan tidak cengeng juga.

Berat dan lega.

Berat karena harus membangun image yang baik dihadapan lingkungan baru.
Lega karena tidak akan ada bahasan-bahasan masa lalu, toh tidak ada yang kenal saya.

Sesaat rasanya sungguh menyenangkan..

Sebagai seorang muslim, tentu saya menjadi minoritas tapi tidak membuat saya merasa terasingkan atau bahkan dikucilkan. Semua berjalan seperti layaknya saya bersekolah di sekolah terdahulu hanya saya harus lebih pandai dalam mengingat waktu ibadah. Sungguh nikmat rasanya menjadi kaum yang tidak mengerti apa pun. Saya jadi banyak belajar, tidak hanya dalam segi agama namun juga etika dan hal-hal kecil lainnya.

Jujur, pergaulan saya dengan teman kampus sama sekali tidak sama. Kadang saya harus menyetarakan tapi mungkin sebaliknya. Obrolan dan pertemanan banyak yang perlu saya sesuaikan. Menarik, saya belajar dari awal lagi dalam membangun pertemanan. Semakin kesini, semua berjalan dengan baik dan koneksi pun mulai terbangun. Saya senang dengan teman-teman kampus.

Hal yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini adalah keberanian saya untuk keluar dari zona nyaman dan bersyukur dalam keadaan menjadi minoritas. Saya tidak bohong, selama kuliah kedua hal tersebut lah yang sering saya pikirkan.

Bagaimana cara saya untuk tetap nyaman walau hidup di lingkungan yang asing? Bagaimana saya bisa bertahan berdiri diantara orang-orang yang berbeda?

Semua kebaikan dan keburukan saya jalani melalui proses yang panjang. Saat ini saya merasa diri saya bisa dikatakan dapat mengatasi dan menjalani kedua tantangan yang saya berikan ke diri sendiri. Membanggakan tidak?

Jujur, mata saya sudah mulai sayup-sayup. Sepertinya lebih baik saya beristirahat. Maaf jika menggantung. Besok saya akan berusaha lebih baik lagi. Temanya akan lebih menarik, saya akan cerita tentang masalah kecemasan diri saya.

Cheers,
MRS

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#iconfess Komitmen

Holiday's Over

Alkohol Botol Biru